
Studi ini menemukan kaitan antara bentuk umum 
dari kondisi kecemasan yang disebut fobia kecemasan, sebuah ketakutan 
yang tak beralasan terkait situasi-situasi tertentu seperti keramaian, 
ketinggian atau dunia luar dengan telomere wanita paruh baya dan wanita 
tua yang lebih pendek.
Telomere merupakan bagian dari DNA yang 
terletak di ujung kromosom dan berfungsi untuk melindungi materi genetis
 tersebut dari kerusakan.
"Banyak orang yang penasaran bagaimana 
stres itu bisa membuat kita lebih cepat tua. Studi ini penting untuk 
menunjukkan kaitan antara bentuk umum dari stres psikologis seperti 
fobia kecemasan itu dan mekanisme penuaan dini yang masuk akal," ungkap 
peneliti Dr. Olivia Okereke, seorang psikiater dari Brigham dan Women's 
Hospital Boston seperti dilansir dari myhealthnewsdaily, Jumat (12/7/2012).
Biasanya
 telomere memendek seiring dengan proses penuaan dan diantara 
orang-orang yang sebaya atau berusia sama, telomere yang memendak 
dikaitkan dengan risiko kanker, penyakit jantung, demensia dan risiko 
kematian yang lebih tinggi.
Meski begitu, peneliti menekankan 
bahwa studi ini hanya menunjukkan sebuah kaitan, bukannya hubungan 
sebab-akibat sehingga tak mengherankan jika orang-orang yang 
telomere-nya lebih pendek umumnya rawan mengalami lebih banyak stres.
Untuk
 memastikan temuan ini, Okereke dan koleganya menggali informasi dari 
5.243 wanita berusia 42-69 tahun yang ambil bagian dalam Nurses Health 
Study. Untuk mengukur tingkatan fobia kecemasan pada partisipan, 
peneliti mengamati jawaban atas pertanyaan seperti 'Apakah Anda memiliki
 ketakutan yang tidak beralasan jika berada di ruang tertutup?' dan 
'Apakah Anda merasa panik saat berada di tengah keramaian?'"
Hasilnya,
 peneliti menemukan kaitan antara tingginya skor pada kuesioner dengan 
telomere yang lebih pendek. Perbedaan panjang telomere diantara wanita 
yang mengalami fobia dan wanita yang tidak mengalaminya sama halnya 
dengan yang diperkirakan peneliti terjadi pada dua wanita yang usianya 
beda enam tahun.
Bahkan kesimpulan ini juga didapatkan setelah 
peneliti mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi 
panjangnya telomere seperti kebiasaan merokok, indeks massa tubuh (BMI),
 kadar aktivitas fisik dan usia ayah partisipan ketika anak-anaknya 
lahir. Meskipun peneliti tidak mengikutsertakan faktor depresi yang 
pernah dialami partisipan, padahal bisa jadi itu mempengaruhi hasil 
studinya.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE.









0 komentar:
Posting Komentar